kekuatan doa ibu
Dalam hidup ini tidak semua hal bisa dijelaskan dengan logika
matematis. Sering kali ada “invisible hand” yang sulit dijelaskan dengan
teori dan logika. Ada tukang becak yang mampu menunaikan ibadah haji
padahal penghasilannya jauh dari cukup. Ada orang yang punya anak lebih
dari sepuluh tetapi semua anaknya berhasil. Padahal di sisi lain, ada
orang yang punya anak hanya satu atau dua orang saja tetapi anaknya
tidak ada yang “jadi orang.”
Dalam pengalaman hidup saya, salah satu yang bisa membuat invisible
hand adalah doa seorang ibu. Banyak kejadian yang seolah tidak mungkin
tetapi setelah meminta doa ibu, berbagai alternatif jalan terbentang di
hadapan kita. Dari urusan finansial, jodoh, kesehatan, karir, keluarga
dan pendidikan saya selalu meminta dukungan doa dari ibu saya.
Salah satunya saya akan bercerita tentang pengalaman saya ketika
kuliah pascasarjana di Institut Pertanian Bogor. Hari itu pukul 19.00
WIB saya akan ujian mata kuliah Perilaku Konsumen. Hingga pukul 14.00
WIB saya belum membaca 11 Bab yang akan diujikan malam itu. Mengapa?
Karena semua materi kuliahnya dalam bahasa Inggris, satu hal yang paling
tidak saya kuasai saat itu.
Akhirnya saya telpon ibu saya, “Mak mohon doanya ya, malam ini saya
ujian. Semua bahannya berbahasa Inggris. Saya belum membaca satu bab
pun. Saya gak ngerti apa-apa mak, doakan saya ya, mak.” Diujung telepon
ibu saya menjawab, “Pasti kamu bisa, kamu harus berusaha, minta tolong
sama Gusti Allah, mamak doakan dari sini.”
Sekitar pukul 14.30 saya dapat ide. Beberapa teman kuliah saya
telepon, “Pak, ujian hari ini berat, kita perlu kerja sama. Datang ke
kampus sebelum pukul lima, ya.. Kita bagi-bagi tugas, tidak perlu
membaca semua bab, bapak cukup membaca bab satu, bab yang lain nanti
saya minta yang lain membaca. Pastikan ya pak datang sebelum pukul
lima.” Menjelang pukul lima sore belasan teman saya sudah kumpul di
tempat ujian.
Saya maju ke depan kelas dan mengatakan, “Teman-teman semua, hari ini
ujian kita sebelas bab. Di tengah kesibukan kita masing-masing pasti
tidak bisa membaca semuanya. Ayo siapa yang ditugaskan membaca bab satu
ceritakan isinya.” kata saya sambi menuliskan intisari bab satu di white
board. “Bab dua… bab tiga…” begitu seterusnya sampai tuntas sebelas
bab.
Dengan cara itu, saya menjadi mengerti intisari semua bab yang akan
diujikan. Hasilnya, ketika hasil ujian dibagi saya mendapat nilai 94,
termasuk tiga orang yang mendapat nilai di atas 90.
Dari mana nilai itu saya dapatkan? Saya meyakini bahwa itu dari doa
ibu saya. Usai meminta doa dari ibu, saya menemukan alternatif jalan
menghadapi ujian malam itu. Padahal sebelumnya stres, pikiran buntu dan
bingung menghadapi ujian.
Jadi, jangan sepelekan doa ibu… Segeralah minta doa darinya agar kekuatan-kekuatan invisible hand bekerja untuk Anda.
Salam SuksesMulia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar